Perubahan Iklim Ekstrem: Rekor Suhu Baru Catat Sejarah

Perubahan Iklim Ekstrem: Rekor Suhu Baru Catat Sejarah

Dunia kini tengah menyaksikan lonjakan suhu ekstrem yang memecahkan rekor, memperlihatkan betapa kritisnya kondisi perubahan iklim global. Data iklim terbaru menunjukkan bahwa suhu rata-rata permukaan bumi terus merangkak naik, menyebabkan gelombang panas berkepanjangan, kekeringan parah, serta dampak sosial-ekonomi yang semakin berat.

• Januari 2025 tercatat sebagai bulan Januari paling panas yang pernah diukur, dengan suhu rata-rata permukaan global sebesar 1,75 °C di atas level pra-industri. 

• Untuk bulan Juni 2025, catatan iklim NOAA menunjukkan bahwa suhu global melebihi rekor, menjadi salah satu Juni terpanas dalam catatan 176 tahun.

• Menurut laporan dan ramalan iklim, kemungkinan rata-rata temperatur global antara tahun 2025–2029 berada di rentang 1,2 °C hingga 1,9 °C di atas level pra-industri.

• Di Indonesia, catatan tertinggi mencapai 38,4 °C pada Oktober 2024, sebagai salah satu contoh ekstrem lokal dari tren panas global. 

Rekor suhu ekstrem ini tidak sekadar angka — konsekuensinya terasa langsung oleh masyarakat:

• Kesehatan masyarakat: Peningkatan kasus dehidrasi, heat stroke, dan penyakit pernapasan.

• Pertanian & pangan: Tanaman stres panas, produktivitas menurun, gagal panen meningkat.

• Ketahanan air: Penurunan debit sungai, cekungan air tanah terkuras, konflik sumber daya makin sering.

• Ekonomi & sosial: Biaya listrik melonjak karena penggunaan pendingin udara meningkat, kerugian ekonomi akibat bencana alam meningkat.

• Ekologi & lingkungan hidup: Korosi terumbu karang makin parah (global bleaching sedang berlangsung), pencairan es kutub dan naiknya permukaan laut makin cepat. 

Perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia — pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, emisi gas rumah kaca — menjadi motor utama lonjakan ekstrem suhu. Kondisi atmosfer dan lautan yang semakin panas mengubah pola cuaca, memperparah kejadian seperti gelombang panas, hujan ekstrem, dan badai tropis.

Selain itu, efek umpan balik (feedback) seperti berkurangnya es dan salju yang memantulkan panas kembali ke udara turut mempercepat pemanasan lokal dan global.

1. Percepat transisi energi bersih — kurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

2. Adaptasi & mitigasi lokal — perkuat sistem peringatan dini, bangun ruang teduh kota, tingkatkan penghijauan.

3. Manajemen air & sera air — simpan air, jaga kualitas air, optimasi irigasi.

4. Partisipasi publik & edukasi — ajarkan masyarakat untuk bertindak terhadap ancaman iklim.

5. Kerja sama internasional & komitmen global — Indonesia harus berperan aktif dalam upaya global menghindari kenaikan suhu melebihi batas aman.