Ekspor Udang Terganggu Tarif AS – Indonesia Alih ke China & Pasar Lain
buatkan saya artikel Ekspor Udang Terganggu Tarif AS – Indonesia Alih ke China & Pasar Lain
Industri perikanan Indonesia kembali menghadapi tantangan besar setelah Amerika Serikat memberlakukan tarif tambahan terhadap produk udang beku asal Indonesia. Kebijakan ini langsung berdampak pada volume ekspor dan harga jual, memaksa pelaku usaha untuk mencari pasar alternatif seperti China, Jepang, hingga Timur Tengah.
Keputusan Departemen Perdagangan AS untuk mengenakan tarif anti-subsidi sebesar 10–15% sejak Juli 2025 membuat harga udang Indonesia menjadi tidak kompetitif di pasar Amerika. Akibatnya, beberapa eksportir mengalami penurunan pesanan hingga 40%.
“Pasar AS sangat penting bagi kami. Tarif ini membuat banyak buyer menghentikan kontrak,” ungkap Rudi Wibowo, eksportir udang asal Lampung.
Untuk mengatasi penurunan permintaan dari AS, sejumlah eksportir mulai mengalihkan ekspor ke pasar Asia Timur dan Timur Tengah. China kini menjadi tujuan utama karena permintaan produk laut mereka terus meningkat, terutama menjelang perayaan besar seperti Tahun Baru Imlek.
Sementara itu, Jepang dan UEA menjadi pasar premium yang menjanjikan, terutama untuk produk olahan udang berkualitas tinggi.
“Kami sedang intensif menjajaki buyer dari Shanghai dan Dubai,” kata Fatimah Azizah, pemilik usaha pengolahan seafood dari Banyuwangi.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama Kementerian Perdagangan saat ini menjalin komunikasi intensif dengan negara mitra untuk mempercepat masuknya produk Indonesia. Program diversifikasi pasar ekspor juga tengah digencarkan, termasuk dengan peningkatan sertifikasi dan mutu produk.
“Kami tidak akan bergantung pada satu pasar. Saatnya kita perluas jangkauan ekspor udang ke kawasan ASEAN, Timur Tengah, dan Eropa,” ujar Dirjen Perdagangan Luar Negeri.
Tarif ekspor ini bukan hanya berdampak pada eksportir besar, tetapi juga menyentuh nelayan kecil dan UMKM pengolah udang. Harga di tingkat tambak mengalami koreksi, membuat banyak petambak kesulitan menutup biaya operasional.
Pemerintah diharapkan segera memberikan subsidi logistik, pelatihan ekspor, dan akses pembiayaan agar pelaku usaha kecil tetap bertahan.
Tarif tambahan dari AS terhadap udang Indonesia menjadi pukulan telak bagi sektor ekspor perikanan nasional. Namun, respons cepat pelaku usaha dan pemerintah untuk beralih ke pasar alternatif menjadi kunci agar industri tetap bertahan bahkan berkembang di pasar baru.
“Ini saatnya Indonesia menunjukkan kualitas udangnya di panggung global yang lebih luas,” tutup seorang analis perdagangan dari Universitas Padjadjaran.